Jujur aja, gue sering banget ngehabisin waktu sendirian, baik itu di pojokan atau di dalam kamar. bukan.. Gue bukan orang yang selalu suka kesendirian, gue tetep suka kebersamaan. menghabiskan secangkir kopi sendirian, dengan ditemani sebuah laptop dan tentunya WiFi, gue ngerasa gue nemuin dunia gue. Dan, jika gue ngajak seseorang, feel itu semacam hilang.
Dilema.
Gue benci dengan
perasaan kampret ini. Antara mau maju terus apa tahu diri. Gue benci pilihan.
Gue sempet berfikir untuk masa bodoh, tapi semakin gue berusaha
mem-masa-bodoh-kan diri gue, gue semakin memikirkan. Rasanya kalo kepala ini
bisa di bongkar pasang, gue langsung bongkar. Raga dan hati gue sedang tak
bersatu; di satu sisi raga gue pengin tetep maju, di satu sisi hati gue
memikirkan hal terburuk. Sama sinkronnya dengan isi kepala gue yang selalu berpikiran
negative tentang apa yang mau gue lakuin.
Gue suka memutar lagu
dengan tempo kuat, gue selalu menyibukan diri gue, untuk ngelupain dia, tapi
hasilnya nihil. Setelah semua hal itu gue lakuin, dan ketika gue sendiri, gue
langsung kepikiran dia.
Mungkin gue hanya kehilangan rasa selalu bersama, rasa saling peduli. semua itu gak mungkin dilupain dari hidup, karena cuma geger otak yang bisa ngelupain kenangan.
Let's move !
Seenggaknya kita mencari kebahagiaan baru. cinta emang gak ada abisnya.
Masih di tempat
biasa, Ujung Barak.
Di tempat dimana gue
sering menghabiskan waktu bersama kopi, entah sendiri atau sama anak-anak
tetangga sebelah. Pahit. Sengaja mempahitkan kopinya, tanpa menambah gula.
“aku adalah kopi dan kau adalah
gulanya, kau tau bagaimana rasanya hidupku tanpa kamu?”
Hari ini adalah
hari ke sekian harinya gue sama sekali gak ngehubungin dia, dan handphone gue tanpa pesan dari
dia, sama sekali. Waktu itu juga gue sengaja gak ngebuka medsos apapun di hape
biar gak ada pemberitahuan, dan kalo buka laptop cuma nge-Blog. Lagi males aja,
stalking. Lagi males juga, caper.
dan sampai gue
menulis semua ini, gue udah gak pernah sapa-sapaan sama dia, entah secara
langsung atau lewat handphone. Tapi yang gue tahu, dia tambah bahagia setelah
gak sama gue akhir-akhir ini, kurang tau juga sebabnya apa.
“Semua yang memang harusnya milik kita pasti akan kita
genggam kembali, dan yang harusnya terlepas, sekuat apapun digenggam pasti akan
lepas”.
Gue masih
berfikir, kalo dia ngebutuhin gue, dia pasti ngehubungin gue, dan sebaliknya.
Dia udah banyak ngerubah hidup gue, ke arah yang baik, walaupun dengan sikap
kebawelannya dia.
Tenang..
gue hanya menciptakan kenangan yang dibantu suasana, gue sudah tidak
berfikir untuk kembali di kehidupanmu. anggep aja kamu itu adalah
"alumni", gak bakal balik lagi, dan udah dapatkan pelajaran.
1 dari 10 orang yang baca ini mungkin adalah 10 dari 100 orang yang mungkin 100 dari 1000 orang yang salah satunya adalah 1 orang tersebut.
Kopi gue mulai
dingin nih. Gak sadar juga, ternyata dia udah banyak gue tulis di Blog.
sepenggal
tulisan dari salah satu penulis :
“Jika dua orang
memang benar-benar saling menyukai satu sama lain. Itu bukan berarti mereka harus
bersama saat ini juga. Tunggulah di waktu yang tepat, saat semua memang sudah
siap, maka kebersamaan itu bisa jadi ‘hadiah’ yg hebat utk orang-orang yg bersabar.
Sementara kalau
waktunya belum tiba, sibukkanlah diri utk terus menjadi lebih baik, bukan
dengan melanggar banyak larangan. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia
besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar.”
Mungkin, ini
adalah tulisan terakhir tentang dia.
For the last
time... bye hehe